Islam adalah agama yang sempurna dalam hal syari’at, salah
satunya terbukti dengan adanya dorongan kepada umat untuk melaksanakan suatu
ibadah dengan menyebutkan keutamaan ibadah tersebut. Hal ini juga berlaku pada
adzan, yang mana banyak riwayat Rasulullah yang membicarakan tentang keutamaan
adzan dan orang yang menyerukannya (muadzin).
Secara bahasa, adzan bermakan i’lam yang berarti pemberitahuan atau pengumuman, [1]
yang mana seperti firman Allah Ta’ala sebagai berikut: “Dan pengumuman dari
Allah dan Rasul-Nya kepada ummat manusia di hari haji akbar bahwa Allah dan
Rasul-Nya berlepas diri dari kaum musyrikin…..” (QS. At Taubah : 3)
[2]
Sedangkan jika ditinjau dari segi syar’i, adzan adalah pemberitahuan waktu shalat dengan
lafazh-lafazh khusus. Dengan adzan tercapailah seruan untuk berjama’ah dan
mengumandangkan syiar Islam. Al-Qurthubi berkata, walau kalimatnya tidak banyak,
tapi adzan mengandung soal-soal akidah dan tauhid. Karena dimulai dengan memuji
kesempurnaan Allah dan menetapkan ketaatan kepada uswatun hasanah, Rasulullah
SAW. Selain itu, diserukannya kemenangan, yakni kebahagiaan yang kekal dan
abadi. Kemudian beberapa kalimat diulang sebagai penegasan dan penguatan. [3]
Keutamaan Adzan
Mengenai keutamaan adzan dan muadzin, banyak sekali terdapat
dalam hadits, beberapa di antaranya sebagai berikut :
“Apabila diserukan adzan untuk shalat, syaitan pergi
berlalu dalam keadaan ia kentut hingga tidak mendengar adzan. Bila muadzin
selesai mengumandangkan adzan, ia datang hingga ketika diserukan iqamat ia
berlalu lagi…”(HR. Bukhari No. 608 dan Muslim No. 1267).
“Seandainya orang-orang mengetahui besarnya pahala yang
didapatkan dalam adzan dan shaf pertama kemudian mereka tidak dapat
memperolehnya kecuali dengan undian niscaya mereka rela berundi untuk
mendapatkannya…” (HR. Bukhari no. 615 dan Muslim no. 980)[4]
Sebab
Disyari’atkan Adzan
Adzan mulai disyari’atkan pada tahun pertama hijrah. Adapun sebab
disyari’atkannya adzan adalah untuk mengumpulkan kaum Muslimin dalam suatu
waktu. Seperti diuraikan dalam hadits berikut ini: dari Abdullah bin Zaid bin
Abdi Rabbih, katanya : tatkala Rasulullah menyuruh menyediakan lonceng, buat
dipukul guna menghimpun orang-orang untuk shalat. Suatu malam
dalam tidurnya, Abdullah bermimpi.
Aku
melihat ada seseorang sedang menenteng sebuah lonceng. Aku dekati orang itu dan
bertanya kepadanya, "Apakah ia bermaksud akan menjual lonceng itu? Jika
memang begitu, aku memintanya untuk menjual kepadaku saja". Orang tersebut
justru bertanya," Untuk apa?" Aku menjawabnya, "Bahwa dengan
membunyikan lonceng itu, kami dapat memanggil kaum muslim untuk menunaikan
salat". Orang itu berkata lagi, "Maukah kamu kuajari cara yang lebih
baik? Dan aku menjawab, "ya" dan dia berkata lagi dengan suara yang
amat lantang:
Allahu
Akbar Allahu Akbar, Asyhadu alla ilaha illallah, Asyhadu anna Muhammadar
Rasulullah,, Hayya 'alash sholah (2 kali), Hayya 'alal falah (2
kali), Allahu Akbar Allahu Akbar, La ilaha illallah.
Ketika esoknya aku bangun, lalu menemui Nabi Muhammad SAW,
dan menceritakan perihal mimpi itu kepadanya, kemudian Nabi Muhammad. SAW,
berkata, "Itu mimpi yang sebetulnya nyata. Berdirilah di samping Bilal dan
ajarilah dia bagaimana mengucapkan kalimat itu. Dia harus mengumandangkan adzan
seperti itu dan dia memiliki suara yang amat lantang." Lalu akupun
melakukan hal itu bersama Bilal." (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah dan
Turmudzi). [5]
Tata
Cara Adzan
Diterima tiga cara adzan dari hadits para sahabat, di
antaranya sebagai berikut :
1. Pertama,
berdasarkan hadits Abdullah bin Zaid. Takbir pertama kali, sedang kalimat yang
lain dua kali tanpa diulang. Kecuali kalimat tauhid yang hanya sekali. Maka,
bila dijumlahkan, bilangan kalimatnya sebanyak lima belas.
2. Kedua,
berdasarkan hadits Abu Madzurah. Empat kali takbir serta mengulangi kembali
masing-masing dua kalimat syahadat. Artinya hendaklah muadzin mengucapkan asyhadu ’alla illa’illah dan Asyhadu ‘alla
muhammadr Rasulullah, masing-masing sebanyak dua kali. “Bahwasannya Nabi
SAW, mengajarkan adzan kepadanya sebanyak lima belas kalimat.”
3. Ketiga,
diriwayatkan oleh Muslim. Dua kali takbir dengan mengulangi dua kalimat
syahadat, hingga kalimatnya berjumlah tujuh belas. [6]
Berdo’a Selesai Adzan
Waktu di antara
adzan dengan qamat merupakan waktu yang besar harapan akan dikabulkan-Nya. Dari
Annas, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda :Tidaklah ditolah do’a yang dibacakan
antara adzan dengan qamat. (HR. Abu Daud, Nasa’i, dan Turmudzi)[7]
[1] Al Mughni 2:53, Kitabush Shalat,
Bab Adzan. Yang dinukil dari Taisirul Allam, 78.
[2] Depag. RI, (2006), Alqur’an dan Terjemahannya, Dipenogoro,
Bandung, Cet. 10, hlm.
[3] Sabiq, Sayyid (1996), Fiqh
Sunnah Al-Ma’arif, Bandung, cet 16, hlm 236
[4] Ibid., 237
[5] Ibid. 241-242
[6]
Ibid., 247-248
[7]
Ibid., 249
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan jejak berupa komentar :