1/17/2013

Keutamaan Berdzikir



SECARA etimologis kata dzikir adalah bentuk masdar dari fiil madhi “dzakara,” yang artinya mengingatatau menyebut. Dalam hal ini, “adzikru” artinya ingat dan dzikron adalah menyebut atau mengucapkan (Munawir, 1997: 448).
Mengutip pendapat Kaab (2002: 30) dalam kitab al-Adzkar, secara umum, dzikir adalah perbuatan mengingat Allah dan keagungan-Nya yang meliputi hampir semua bentuk pengabdian, ketaatan, dan ibadah dalam keseluruhan hidup yang diorientasikan hanya kepada Allah.  Kemudian, dalam arti yang lebih luas lagi, hal-hal yang mengingatkan diri kepada Dzat Allah, baik itu secara sifat atau kesempurnaan-Nya dapat disebut sebagai amaliyah dzikir. Seperti mengucapkan tahmid, takbir, talbiyah, tafakur, dan lain sebagainya.
Sedangkan dzikir secara terminologi dapat didefinisikan sebagai upaya menghubungkan diri secara langsung dengan Allah, baik secara lisan maupun hati. Dzikir merupakan salah satu jalan yang dapat menyucikan jiwa dan merasa kehadiran-Nya (Nawawi, 1995: 14).

Keutamaan Dzikir
Menurut Hana Jumhan Bustaman (1997: 156-160), setidaknya terdapat lima keutamaan yang dapat diraih ketika seorang hamba senantiasa berdzikir, di antaranya adalah :

  1. Tidak terbatas waktu-waktu tertentu, ibadah ini dapat dilakukan dalam keadaan apapun (baik sedang berdiri, duduk, jalan, dan sebagainya). Berbeda halnya dengan ibadah shalat, shaum Ramadhan, atau berangkat haji yang memiliki waktu-waktu yang sudah ditetapkan. Sebagaimana yang termaktub dalam QS. al-Imran [3]: 199 “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
  2.  Sebagai sarana komunikasi dengan Allah. Sebagaimana yang tertera dalam firman-Nya: ” Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. al-Baqarah [2]: 152).
  3. Disediakan ampunan dan pahala, sebagaimana yang tertuang dalam Firman-Nya: “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. al-Ahzab [33]: 35).  
  4. Membentengi diri dari segala siksa dan bencana, sebagaimana Hadits Nabi "Laa ilaaha illallah (kalimah Allah) adalah perkataan-Ku dan ia adalah Aku, siapa yang menyebutnya masuklah ia ke dalam benteng-Ku dan barang siapa yang masuk ke dalam benteng-Ku terpelihara ia dari siksa-Ku. (HR. Ibnu Hajar).
  5. Menunda datangnya kiamat, betapa dahsyatnya kekuatan dari dzikir, ini terungkap dalam Hadits Nabi : "Tiada akan datang hari kiamat, kecuali bila tidak ada lagi orang yang menyebut Allah" (HR. Bukhori dan Muslim).

Referensi
AW. Munawir, 1997, al-Munawir (Kamus Arab-Indonesia), Pustaka Progresif, Surabaya
Imam Nawawi, 1995, al-Adzkarun Nawawiyah (Khasiat Dzikir dan Do’a), Sinar Baru Algensindo, Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak berupa komentar :