Dalam mengajukan teori tentang
pengertian tasawuf, baik secara etimologi maupun istilah, para ahli berbeda
pendapat. Secara etimologi, pengertian tasawuf berasal dari kata sufi. Kata
sufi itu sendiri terdiri atas beberapa macam pengertian berikut ini :
- Tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan “ahlu suffah, yang berarti sekelompok orang pada masa Rasulullah yang hidupnya diisi dengan banyak berdiam di serambi-serambi masjid dan mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah.
- Tasawuf berasal dari kata shaf. Makna shaf ini dinisbahkan kepada orang-orang yang ketika shalat selalu berada di saf yang paling depan.
- Dalam kitab Adab Al-Lughah al-‘arabiyyah, tasawuf dinisbahkan dengan istilah bahasa Yunani, yakni saufi atau hikmah (kebijaksanaan).
- Tasawuf itu berasal dari kata shafa. Kata shafa ini berbentuk fiil mabni majhul, sehingga menjadi isim mulhaq dengan huruf ya’nisbah yang berarti adalah orang-orang yang menyucikan diri dihadapan Tuhan.
- Tasawuf berasal dari kata shuf yang berarti bulu domba atau wol.
Sedangkan pengertian tasawuf secara
istilah menurut Al-Junaidi adalah, membersihkan hati dari apa saja yang
mengganggu perasaan makhluk, berjuang menanggalkan pengaruh budi yang asal (instinct)
kita, memadamkan sifat-sifat kelemahan sebagai manusia, menjauhi segala seruan
hawa nafsu, mendekati sifat-sifat suci kerohanian, bergantung pada ilmu-ilmu
hakikat, memakai barang yang penting dan terlebih kekal. Menaburkan nasihat
kepada semua orang, memegang teguh janji dengan Allah dalam hal hakikat, dan
mengikuti contoh Rasullah dalam hal syari’at (Anwar Rosihan dan Solihin, 2008,
Dasar-dasar Tasawuf
Secara umum, ajaran Islam mengatur
kehidupan yang bersifat lahiriyah dan batiniyah. Pemahaman terhadap unsur
kehiduan yang bersifat batiniah pada gilirannya melahirkan tasawuf. Unsur
kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian yang cukup besar dari al-Qur’an dan Hadits.
Hal itu misalnya difirmankan Allah dalam surat :
Dan apabila hamba-hambaku
bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasannya Aku adalah dekat.
Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perinta) Ku dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah [2]: 186)
Kata da’a dalam ayat di atas
tidak diartikan sebagai berdoa oleh kalangan sufi, tetapi berseru dan memanggil
(Nasution, : 73).
Sedangkan dalam Hadits, sejalan
dengan apa yang disitir dalam Al-Qur’an, dalil mengenai tasawuf: “Zuhudlah
terhadap dunia, maka Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada di
tangan orang lain, maka mereka mencintaimu [HR. Ibnu Majah].
Ciri-ciri Tasawuf
Menurut Abu Al-Wafa Al-Ghanimi at
Taftazani, dalam Sufi dari Zaman ke Zaman mengatakan, secara umum
tasawuf mempunyai lima ciri umum, yaitu :
1. Peningkatan moral
2. Pemenuhan fana dalam realitas mutlak
3. Pengetahuan intuitif langsung
4. Timbulnya rasa kebahagiaan, sebagai karunia
Allah dalam diri seorang sufi karena tercapainya beberapa tingkatan.
5. Penggunaan simbol-simbol pengungkapan yang
biasanya mengandung engertian harfiyah dan tersirat.
Referensi :
Rosihan Anwar dan Solihin, 2008, Ilmu
Tasawuf , Pustaka Setia, Bandung.
At-Tatazani, Abu al-Wafa’ Al-Gahnimi, 1985,
sufi dari zaman-ke zaman Pustaka Bandung
Nasution, Harun,
Kontekstualisasi Doktrin Islan dalam Sejarah, Yayasan Wakaf Paramadina,
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan jejak berupa komentar :