1/30/2013

Memahami Dasar Tasawuf



Dalam mengajukan teori tentang pengertian tasawuf, baik secara etimologi maupun istilah, para ahli berbeda pendapat. Secara etimologi, pengertian tasawuf berasal dari kata sufi. Kata sufi itu sendiri terdiri atas beberapa macam pengertian berikut ini :

  1. Tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan “ahlu suffah, yang berarti sekelompok orang pada masa Rasulullah yang hidupnya diisi dengan banyak berdiam di serambi-serambi masjid dan mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah.
  2. Tasawuf  berasal dari kata shaf. Makna shaf ini dinisbahkan kepada orang-orang yang ketika shalat selalu berada di saf yang paling depan.
  3. Dalam kitab Adab Al-Lughah al-‘arabiyyah, tasawuf dinisbahkan dengan istilah bahasa Yunani, yakni saufi  atau hikmah (kebijaksanaan).
  4. Tasawuf itu berasal dari kata shafa. Kata shafa ini berbentuk fiil mabni majhul, sehingga menjadi isim mulhaq dengan huruf ya’nisbah yang berarti adalah orang-orang yang menyucikan diri dihadapan Tuhan.
  5. Tasawuf berasal dari kata shuf yang berarti bulu domba atau wol.

Sedangkan pengertian tasawuf secara istilah menurut Al-Junaidi adalah, membersihkan hati dari apa saja yang mengganggu perasaan makhluk, berjuang menanggalkan pengaruh budi yang asal (instinct) kita, memadamkan sifat-sifat kelemahan sebagai manusia, menjauhi segala seruan hawa nafsu, mendekati sifat-sifat suci kerohanian, bergantung pada ilmu-ilmu hakikat, memakai barang yang penting dan terlebih kekal. Menaburkan nasihat kepada semua orang, memegang teguh janji dengan Allah dalam hal hakikat, dan mengikuti contoh Rasullah dalam hal syari’at (Anwar Rosihan dan Solihin, 2008,

Dasar-dasar Tasawuf
Secara umum, ajaran Islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriyah dan batiniyah. Pemahaman terhadap unsur kehiduan yang bersifat batiniah pada gilirannya melahirkan tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian yang cukup besar dari al-Qur’an dan Hadits. Hal itu misalnya difirmankan Allah dalam surat :
Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perinta) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah [2]: 186)
Kata da’a dalam ayat di atas tidak diartikan sebagai berdoa oleh kalangan sufi, tetapi berseru dan memanggil (Nasution, : 73).
Sedangkan dalam Hadits, sejalan dengan apa yang disitir dalam Al-Qur’an, dalil mengenai tasawuf: “Zuhudlah terhadap dunia, maka Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada di tangan orang lain, maka mereka mencintaimu [HR. Ibnu Majah].

Ciri-ciri Tasawuf
Menurut Abu Al-Wafa Al-Ghanimi at Taftazani, dalam Sufi dari Zaman ke Zaman mengatakan, secara umum tasawuf mempunyai lima ciri umum, yaitu :
1.    Peningkatan moral
2.    Pemenuhan fana dalam realitas mutlak
3.    Pengetahuan intuitif langsung
4.    Timbulnya rasa kebahagiaan, sebagai karunia Allah dalam diri seorang sufi karena tercapainya beberapa tingkatan.
5.    Penggunaan simbol-simbol pengungkapan yang biasanya mengandung engertian harfiyah dan tersirat.

Referensi :
Rosihan Anwar dan Solihin, 2008, Ilmu Tasawuf , Pustaka Setia, Bandung.
At-Tatazani, Abu al-Wafa’ Al-Gahnimi, 1985, sufi dari zaman-ke zaman Pustaka Bandung
Nasution, Harun, Kontekstualisasi Doktrin Islan dalam Sejarah, Yayasan Wakaf Paramadina, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak berupa komentar :