Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti. Walaupun dari bahasa
arab, kata akhlak tidak banyak ditemukan dalam al-qur’an, yang ditemukan
hanyalah bentuk tunggal dari kata tersebut, khuluk, yang artinya tingkah
laku, perangai, tabi’at, moral, atau budi pekerti. Pengertian itu tercantum
dalam Surat al-Qalam ayat 4, Sesungguhnya engkau Muhammad mempunyai
budi pekerti yang luhur” (Shihab, 2000: 260).
Sedangkan menurut istilah, akhlak
adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan dengan mudah dan
spontan, tanpa dipikir dan direnungkan lagi. Artinya, akhlak merupakan sikap
yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam
tingkah laku. Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama
maka disebut akhlak yang baik. Akan tetapi bila tindakan spontan itu berupa
perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela. Seseorang yang bersedekah
kepada fakir miskin karena terdorong oleh hati yang ikhlas dan rasa kasihan terhadap
sesama manusia, maka orang tersebut berakhlak mulia. Jadi, ukuran akhlak itu
bukan pada perbuatan yang lahir, akan tetapi terletak pada segi dorongan hati
nurani yang ikhlas.
Dalam hal ini Nabi Saw bersabda “ingatlah,
sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu terdapat sekerat daging, jika ia baik,
maka baiklah tubuh itu seluruhnya dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh
tubuhnya itu. Ingatlah sekerat daging itu adalah hati.” (Alfat, 1994 : 60)
Dasar Akhlak
Islam mengajarkan agar umatnya
melakukan perbuatan baik dan menjauhi yang buruk. Ukuran baik dan buruk,
tentunya dikembalikan lagi ke dalam al-Qur’an. Karena Al-Qur’an adalah firman
Allah yang kebenarannya harus diyakini setiap Muslim. Dasar akhlak pertama dan
utama adalah al-Qur’an. Ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah, Siti Aisyah
menjawab, “akhlak Rasulullah adalah al-Qur’an.”
Dasar akhlak yang kedua adalah
Hadits Nabi atau Sunnah Rasul. Untuk memahami al-qur’an lebih terperinci, umat
muslim diperintahkan untuk mengikuti ajaran Rasul, karena perilaku beliau
adalah contoh nyata yang dapat dilihat dan dimengerti manusia. Sebagaimana
dalam sebuah hadits menerangkan, “Aku (Muhammad) hanya diutus untuk
menyempurnakan akhlak.” (Alfat, 1994
: 62)
Tujuan Akhlak
Tujuan akhlak dalam agama islam di
antaranya sebagai berikut:
- Mendapatkan ridha Allah, ridha Allah ditempatkan pada urutan teratas, karena jika sudah tertanam pada diri seorang Muslim, maka semua perbuatan dilakukan dengan ikhlas. Ridha Allah merupakan kunci kebahagian yang kekal dunia akhirat.
- Membentuk pribadi muslim yang luhur dan mulia, Seorang muslim yang berakhlak mulia senantiasa berprilaku terpuji, baik ketika habluminallah maupun dengan sesama manusia atau makhluk lainnya. Karena itu, perwujudan dari pribadi Muslim yang luhur berupa tindakan nyata menjadi tujuan juga dalam akhlak.
- Terhindar dari perbuatan yang menghinakan, dengan bimbingan akhlak mahmudah, manusia akan terhindar dari perbuatan yang tercela lagi menghinakan, sehingga ia bisa memahami bagaimana yang sebaiknya ia lakukan (Alfat, 1994 : 64).
Referensi :
Shihab, Muhammad Quraish, 2000, Wawasan
al-Qur’an ; tafsir Maudhu’I, Mizan, Bandung
Alfat, Masan dkk, (1994) Aqidah Akhlak, PT
Karya Toh Putra, Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan jejak berupa komentar :