12/04/2013

Adab Menahan Marah


Rasulullah tidak pernah melarang umatnya untuk marah. Karena rasa marah itu sendiri bagian dari tabi’at manusia. Akan tetapi, maksud beliau adalah menguasai diri ketika muncul rasa marah. Sesungguhnya kemarahan adalah bara api yang dilemparkan setan ke dalam lubuk hati bani Adam.[i] Sebagaimana yang termaktub dalam hadits berikut : Dari Abu Hurairah ra, bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi SAW, “berilah wasiat kepadaku.” Sabda Nabi Muhammad SAW: “Janganlah engkau mudah marah.” Maka diulanginya permintaan itu beberapa kali, sabda beliau: “Janganlah engkau mudah marah. (HR. Bukhari)
Pengarang kitab Al-Ifsah berkata: boleh jadi nabi mengetahui laki-laki tersebut sering marah, sehingga nasihat ini ditujukan khusus kepadanya. Nabi SAW memuji orang yang dapat mengendalikan hawa nafsunya ketika marah. Sabda beliau: “bukanlah dikatakan orang kuat karena dapat membanting lawannya, tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya di waktu marah,” (HR. Bukhari No 5649). [ii]
Allah juga menyukai orang yang dapat mengendalikan hawa nafsunya dan lebih memilih memaafkan kesalahan orang lain. Sebagaimana dalam firman-Nya : (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. al-imran [3]: 134). [iii]

Nasihat Rasulullah dalam Mengendalikan Marah
Orang yang marah, seringkali menyimpang dari keadaan normal. Ia berkata dengan perkataan yang bakhil, berbuat tercela, menginginkan kedengkian, dan perseteruan. Karena marah itu berasal dari setan. Rasulullah bersabda: Sunggguh aku mengetahui satu kalimat yang bila diucapkan, maka hilanglah marahnya, yaitu mengucapkan kalimat a’udzubillahi minnasy syaithaanir rajiim. (HR. Tirmidzi No 3347). Karena sesungguhnya, setanlah yang mendorong marah. Setiap orang yang menginginkan hal-hal yang terpuji, setan selalu membelokkannya dan menjauhkannya dari keridhaan Allah, maka mengucapkan ta’awudz merupakan senjata yang paling kuat untuk menolak tipu daya setan ini. [iv]
“Rasulullah SAW juga pernah menasihatkan, “Apabila salah seorang dari kalian marah, jika marahnya dalam kondisi berdiri maka hendaklah dia duduk. Apabila marahnya belum juga hilang, maka hendaklah dia berbaring (HR. Ahmad).[v]



[i] Syaikh Muhamad bin Shalih al-Utsaimin, Al-Qadha' wal Qadar, Solo:  Pustaka At-Tibyan, hlm.
[ii] Ibnu Daqiq Al-‘Ied, (2001), Syarah Hadits Arba’in Imam Nawawi, Yogyakarta: Media Hidayah, cet. 10, hlm. 89
[iii] Mokhtar Stork, (2002), Buku Pintar al-Qur’an, Jakarta : Intimedia, cet. 2, hlm. 152
[iv] Ibnu Daqiq Al-‘Ied,op.cit, hlm. 90
[v] Muhamad bin Shalih al-Utsaimin. Op.cit, hlm.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak berupa komentar :