12/04/2013

Berkata Baik Atau Diam


Belajar dari sejarah kehidupan Rasulullah yang mulia, dalam penerapan ajaran Islam telah sangat detail memperhatikan persoalan keummatan. Salah satunya adalah adab menjaga lisan.[i] Hal ini sebagaimana yang termaktub dalam hadits : “Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah saw telah bersabda “ Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari Muslim).
Kalimat barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maksudnya adalah barangsiapa yang beriman dengan keimanan yang sempurna, yang keimanannya itu menyelamatkannya dari adzab Allah dan membawanya mendapatkan ridha Allah, maka hendaklah ia berkata baik atau diam. Karena orang yang beriman kepada Allah dengan sebenar-benarnya tentu dia takut kepada ancaman dan hanya mengharap keridho’an-Nya.
Hal yang penting dari semua itu adalah mengendalikan gerak-gerik seluruh anggota badan , terutama lisan. Karena selain akan dimintai pertanggung jawaban, bila lisan tidak dapat dijaga, akan menimbulkan banyak marabahaya. Sebagaimana yang diperingatkan Rasulullah SAW dalam hadits berikut : “Bukankah manusia terjerumus ke dalam neraka karena tidak dapat mengendalikan lidahnya.” (HR. Tirmidzi No. 2541).
Barangsiapa yang memahami hal ini dan beriman kepada Allah dengan keimanan yang sungguh, maka Allah akan memelihara lidahnya sehingga dia tidak akan berkata kecuali perkataan yang baik. Atau Mukmin tersebut akan memilih diam, daripada membicarakan hal-hal yang buruk baginya. [ii]
Pengertian hadits tersebut, menurut sebagian ulama juga diartikan seperti berikut ini : Apabila seseorang ingin berkata, maka jika yang ia katakan itu baik juga benar, dia diberi pahala. Sedangkan jika tidak, hendaklah ia menahan diri. [iii]



[i] Al-Ghazali, (2003) Mutiara ihya Ulumudin, Bandung: Mizan, cet. 25, hlm. 183
[ii] Ibnu Daqiq al-Ied, (2001), Syarah Hadits Arba’in Imam Nawawi , Yogyakarta: Media Hidayat, cet. 10, hlm. 83-84
[iii]  Imam Malik ibn Anas (1999), Al-Muwatha Jakarta: Raja grafindo Persada, hlm. 565

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak berupa komentar :