Pemurnian
ibadah kepada Allah semata, hanya dapat dilakukan apabila telah memahami Allah
sebagai Pencipta, Pemberi Rezeki, dan Penguasa Alam. Sikap yang muncul dari
pemahaman ini, adalah menjadikan Allah sebagai penolong, Pembuat Hukum, dan
Pemberi Perintah. Dengan pemahaman dan sikap demikian, akan memudahkan seorang
hamba menjadikan Allah sebagai satu-satunya dzat yang disembah.
Diterima atau tidaknya
ibadah hamba-Nya, sangat tergantung kepada sejauh mana keikhlasan dalam ibadah
tersebut. Allah hanya akan menerima ibadah seseorang dengan niat yang ikhlas.
Adapun keikhlasan dalam beribadah ini dapat dicapai melalui dua hal yang
berkaitan satu sama lain. Pertama menolak segala bentuk thaghut dan menanamkan iman kepada Allah. Sebagaimana yang
termaktub dalam Firman Allah SWT : “dan
orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu tidak menyembahnya) dan kembali kepada
Allah, bagi mereka berita gembira. Sebab itu, sampaikanlah berita itu kepada
hamba-hamba-Ku.” (QS. az-Zumar [39]: 17). [i]
Menolak
Thaghut
Kata
thaghut diambil dari kata thagha yang berarti melampaui batas.
Menurut Ibnu Taimiah, thaghut adalah
segala sesuatu baik berupa jin, manusia, maupun makhluk lainnya, yang disikapi
sebagaimana penyikapannya terhadap Allah SWT. Ketika ada dzat lain yang
mendapatkan perlakuan yang seharusnya hanya dilakukan kepada Allah, sedangkan
sesuatu itu tidak pantas untuk mendapatkan perlakuan demikian, maka itulah
perlakuan yang melampaui batas atau yang disebut thaghut.
Setiap Muslim diperintahkan untuk menjauhi perbuatan semacam
itu. Karena perbuatan demikian, sangat rentan mengarah pada perbuatan syirik.[ii]
Pengertian thaghut, tidak hanya
diartikan sebagai setan, tapi juga thaghut dalam bentuk pemerintahan yang tirani
atau orang yang melampaui batas. Mengingkari hal yang seperti itu, merupakan
suatu sikap utama dalam meluruskan dan membersihkan ibadah.[iii]
Iman Kepada Allah
Unsur kedua ini, adalah unsur penerimaan. Dalam menjalankan
Islam, tidaklah cukup hanya dengan pengingkaran terhadap thaghut, melainkan sekaligus penanaman yang kuat akan keimanan
terhadap Allah. Wujudnya adalah dengan mengabdi sepenuh hati. [iv]
Dengan dua sayap tauhid inilah, pemurnian ibadah hanya kepada
Allah dapat dicapai. Dengannya pula, seseorang disebut telah berpegang pada
tali yang kokoh. Allah berfirman : barangsiapa kufur kepada thaghut dan beriman kepada Allah,
berarti ia telah berpegang kepada tali yang kokoh. (QS. al-Baqarah [2]: 256). [v]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan jejak berupa komentar :